Judul:
Sosiologi Pendidikan Teori dan Kajian
Penulis: Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si
Editor : Dr. Ija Suntana, M.Ag
Kata Pengantar : Prof. Dr. A. Tafsir & Prof. Dr. H. Afifuddin, MM.
Cetakan : 1 (Pertama)
Tahun : Januari 2011
Penerbit : Sahifa
Cetakan : 2 (dua)
Tahun : 2012
Penerbit : Pustaka Hidayah
ISBN : 978-602-95442-0-6
Penulis: Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si
Editor : Dr. Ija Suntana, M.Ag
Kata Pengantar : Prof. Dr. A. Tafsir & Prof. Dr. H. Afifuddin, MM.
Cetakan : 1 (Pertama)
Tahun : Januari 2011
Penerbit : Sahifa
Cetakan : 2 (dua)
Tahun : 2012
Penerbit : Pustaka Hidayah
ISBN : 978-602-95442-0-6
Buku ini
begitu mendalam menjelaskan banyak hal tentang sosiologi pendidikan. Kajiannya
menyeluruh, tidak hanya mengangkat teori-teori sosiologi pendidikan Barat,
teori-teori sosiologi dalam Islam pun dikupas, untuk keseimbangan perspektif.
Buku ini sangat lengkap isinya dan apabila buku ini Dibandingkan buku-buku lain
yang satu tema, buku ini jelas lebih memiliki kelebihan, selain itu pula bahasanya
mudah dimengerti dengan informasi yang sangat berbobot dan penting.Buku ini
berisikan 8 bab yang mengupas secara menyeluruh mengenai sosiologi pendidikan,
yaitu hakikat sosiologi pendidikan, paradigma ilmiah sosiologi pendidikan,
analisis sosiologi tentang sistem pendidikan, ilmu pengetahuan dalam perspektif
sosiologis, guru dalam perspektif sosiologis, kajian sosiologi tentang sekolah,
kedudukan dan peran sosial guru, dan sosiohistoris institusi-institusi
pendidikan islam.
Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses interaksi semua orang yang terlibat dalam kegiatan pendidikan.
Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses interaksi semua orang yang terlibat dalam kegiatan pendidikan.
Tujuan Sosiologi
Pendidikan menurut Lester Frank Ward, tujuan sosiologi pendidikan adaIah mengatasi
masalah sosial, seperti kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan dengan
pendidikan. Oleh sebab itu, sosiologi pendidikan harus menghasilkan konsep paling
real untuk mencapai tujuannya pendidikan harus menjanjikan jawaban yang tepat
untuk mengata permasalahan sosial. Adapun menurut Robert Angell, tujuan
sosiologi pendidikan adalah menganalisis dan meneliti lembaga pendidil serta
peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya.Tujuan sosiologi pendidikan adalah
menganalisis dan men lembaga pendidikan serta peristiwa-peristiwa yang terjadi
di dalamnya.
Kegunaan Sosiologi
Pendidikan menurut Lester Frank Ward, kegunaan sosiologi pendidikan adalah
merumuskan cara-cara mengatasi keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan
masyarakat melalui pendidikan. Sosiologi pendidikan memberikan jawaban yang
tepat terhadap permasalahan sosial. Menurut Robert Angell, kegunaan sosiologi
pendidikan adalah membantu menganalisis dan meneliti masalah yang ada lembaga
pendidikan. Sosiologi pendidikan menyediakan bahan pertimbangan pengelolaan
lembaga pendidikan.Kegunaan sosiologi pendidikan adalah sebagai penyedia bahan
pertimbangan pengelolaan lembaga pendidikan, menjadi penyelidikan-penyelidikan
yang bersifat sosiologis.
Sebagaimana telah disebutkan, sosiologi pendidikan adalah kajian ilmiah tentang
kehidupan sosial manusia pendidikan. Para sosiolog pendidikan berusaha mencari
tahu tentang hakikat dan sebab tindakan sekelompok orang yang teratur dan
berulang dalam kegiatan pendidikan. Berbeda dengan psikolog pendidikan, yang
memusatkan perhatiannya pada karakteristik pikiran dan tindakan orang per
orang, sosiolog pendidikan tertarik pada tindakan real yang dimunculkan
seseorang sebagai anggota kelompok pendidikan.
Secara konvensional, ada dua tipe penting sosiologi pendidikan, yaitu
sosiologi pendidikan mikro dan sosiologi pendidikan makro. Sosiologi pendidikan
mikro menyelidiki berbagai pola pikiran dan perilaku yang muncul dalam kelompok-kelompok
pendidikan terbatas. Adapun sosiologi pendidikan makro mengkaji berbagai pola
sosial manusia pendidikan dalam skala besar.
Penjelasan ilmiah dalam sosiologi dilakukan melalui kontra strategi
teoretis dan teori. Strategi teoretis adalah rangkaian yang terdiri atas
asumsi-asumsi dasar, konsep, dan prinsip-prinsip yang mengarahkan. Ia dirancang
untuk diterapkan pada gejala sosial secara luas. Tujuannnya adalah melahirkan
teori-teori spesifik mendorong berbagai macam penelitian untuk menguji teori
terse Adapun teori adalah rangkaian pernyataan spesifik yang sa; bcrhubugan
serta dirancang untuk menjelaskan gejala tertentu.Teori lebih sempit daripada
strategi teoretis. Strategi teoritis umumnya diterapkan pada rangkaian gejala
yang terdiri atas beberapa teori yang berkaitan. Walaupun diterapkan pada
gejala-gejala yang berbeda, berbagai teori yang saling berkaitan itu
mempunyai bannyak kesamaan.
Dalam perspektif sosiologis, pendidikan
adalah sebagai suatu gejala sosial. Dengan demikian, menurut para sosiolog,
pendidikan adalah setiap sistem budaya atau intruksi intelektual yang formal
atau semiformal.
Sifat dan Tipe-tipe
Sistem Pendidikan, menurut Randall Collins (1977) mengemukakan tiga tipe dasar
pendidikan yang ditemukan di seluruh masyarakat dunia, yaitu: pendidikan
keterampilan praktis, pendidikan keanggotaan kelompok status dan pendidikan
birokratis.
Pendidikan keterampilan praktis dirancang untuk memberikan keterampilan dan
kemampuan teknis tertentu yang dipandang penting dalam melakukan
kegiatan-kegiatan pekerjaan lain. Pendidikan ini didasarkan pada suatu bentuk
pengajaran guru-magang (master apprentice). Pada hakikatnya, jenis
pendidikan ini merupakan satu-satunya sistem pendidikan pada masyarakat
primitif. Sekalipun demikian, dapat dijumpai pula dalam masyarakat agraris dan
sampai tingkat tertentu juga ditemukan dalam masyarakat jndustri modern.
Kemunculan Sistem Pendidikan Modern, sebagian kecil siswa ditempatkan ke
dalam jalur universitas dengan penyediaan kesempatan kerja yang relevan dengan
jalur tersebut, sedangkan mayoritas ditempatkan ke dalam jalur yang diakhiri
dengan pendidikan vokasional. Kedua, di Amerika Serikat juga di Uni
Soviet dan Jepang, pada tingkat tertentu muncul suatu pendidikan yang dinamai
dengan mobilitas kontes (contest mobility).Sistem ini tidak mempunyai
penyaluran resmi, meskipun terdapat semacam penelusuran minat secara informal
dan tersembunyi dan terdapat kompetisi terbuka untuk mencapai pendidikan yang
maju.Salah satu ciri yang mencolok dalam bidang pendidikan pada dekade terakhir
ini adalah ekspansinya yang cepat dan besar. Indikasinya adalah semakin banyak
anak muda yang mendaftar untuk pendidikan di mana-mana, baik di negara industri
maju maupun negara berkembang. Pendaftaran masyarakat dunia untuk pendidikan
terdapat pada semua tingkat, dasar, menengah, dan tinggi.
Bagian ini akan menguraikan aspek historis dan sosiologis ilmu pengetahuan
sebagai pranata sosial. Ilmu pengetahuan adalah pernyataan intelektual yang
memberi pemahaman koheren tentang dunia ini dengan bersandar pada pengamatan
yang sistematis. Ilmu pengetahuan adalah suatu cara penyelidikan yang berusaha
untuk mengembangkan konsep dan prinsip teoretis melaluf penelitian empiris
tentang dunia ini. Ilmu pengetahuan juga merupakan kumpulan pengetahuan yang
terakumulasi yang diperoleh melalui penyelidikan
empiris.. Ledakan kegiatan ilmiah besar
pertama terjadi di kalangan orang-orang Yunani kuno. Para ilmuwan Yunani kuno
adalah pemikir-pemikir materialistik yang berusaha untuk menjelaskan fenomena
sebagai akibat dari proses alamiah. Masa puncak perkembangan ilmu pengetahuan
Yunani adalah periode Helenistik. Setelah itu, ledakan pengetahuan terjadi di
dunia Islam. Pada periode Islam, kontribusi penting muncul dalam bidang
astronomi, matematika, dan astronomi.
Wuthnow menunjuk
secara khusus pada fakta bahwa Eropa selama abad ke-16 dan 17, meskipun kuat
terintegrasi secara komersial oleh ekonomi kapitalis, secara politik mengalami
desentralisasi. Wuthnow yakin sekali bahwa desentralisasi ini memainkan peranan
kunci dalam mendorong kemajuan ilmu pengetahuan.
Sekurang-kurangnya tiga cara desentralisasi politik memunculkan ilmu
pengetahuan:
Pertama, desentralisasi politik memberi tingkat
kebebasan tertentu kepada ilmuwan untuk melakukan pekerjaan mereka.
Kedua, sifat desentralisasi Eropa kapitalis
mengandung arti bahwa negara-negara individual terlibat dalam persaingan
ekonomi, politik, dan militer yang intens antara satu dan lainnya.
Ketiga, desentralisasi memicu komunitas-komunitas
ilmiah untuk bersaing sehingga persaingan itu memperbesar kuantitas dan
kualitas penelitian ilmiah di antara mereka.
Pengertian dan Pemaknaan tentang Guru, menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2001: 377), guru adalah manusia yang tugasnya
(profesinya) mengajar, sedangkan menurut Vembrianto (1994: 21) dalam
buku Kamus Pendidikan, guru adalah pendidik profesional di sekolah
dengan tugas utama mengajar.
Secara keprofesian
formal, guru adalah sebuah jabatan akademik yang memiliki tugas sebagai
pendidik. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat (Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2).
Guru sebagai seorang tenaga kependidikan yang profesional berbeda pekerjaannya
dengan yang lain. Karena ia merupakan suatu profesi, dibutuhkan kemampuan dan
keahlian khusus dalam melaksanakan tugas dan fungsinya (Rusyan, 1990: 5).
Istilah lain yang masih berkenaan dengan guru dan berkembang di masyarakat
adalah pendidik. Karena makna pendidik adalah usaha untuk membimbing,
mengarahkan, mentransfer ilmu yang dilakukan secara umum. Istilah ini menjadi
fokus dari berbagai ka dalam dunia pendidikan, karena pendidik menggunakan
isitilah sangat luas dan konfrehensif, sehingga lebih mengenerali: makna pendidik
dalam konteks luas. Secara istilah, pendidik adalah orang-orang yang bert£
jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengu perkembangan seluruh
potensi peserta didik, baik potens kognitif maupun psikomotorik sesuai dengan
nilai-nilai ajar (Ahmad Tafsir, 2002: 41).
Secara umum, menurut Ahmad D. Marimba, pendidik diartikan sebagai orang
yang memikul pertanggungjawaban mendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak
dan kewajiban bertanggung jawab tentang pendidikan si terdidik (peser (Ahmad D.
Marimba, 1980: 37).
Secara konstitusional, Pasal 1 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijelaskan bawah pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dalam
Pasal 39 ayat 2 UU yang sama dijelaskan pula bahwa guru juga disebut dengan
istilah pendidik, dengan makna bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Dalam ilmu sosiologi ditemukan dua istilah yang akan selalu berkaitan,
yakni status (kedudukan) dan peran sosial di dalam masyarakat. Status biasanya
didefinisikan sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain.
Adapun peran merupakan sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
memiliki suatu status tertentu tersebut.
Status sebagai guru dapat dipandang tinggi atau rendah, bergantung pada
tempat ia berada, sedangkan perannya yang berkedudukan sebagai pendidik
seharusnya menunjukkan kelakuan yang layak sesuai harapan masyarakat, dan guru
diharapkan berperan sebagai teladan dan rujukan dalam masyarakat dan khususnya
anak didik yang dia ajar.
Guru tidak hanya memiliki satu peran. Ia bisa berperan sebagai orang
dewasa, seorang pengajar dan seorang pendidik, pemberi contoh, dan sebagainya.
Apabila kita cermati, sebenarnya status dan peran guru tidaklah selalu seragam
dan bersifat konsisten. Ini kependidikan, untuk mampu menjadi guru atau
tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam melaksanakan tugas profesional.
Selanjutnya, pembinaan
prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu mendidik mahasiswa calon
guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi manusia, person (pribadi)
dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar)
atau educator (pendidik), dalam artian menjadi makhluk yang
berbudaya. Sebab, kebudayaanlah yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk
hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya, tetapi kita dapat
mengatakan bahwa makhluk manusia adalah berbudaya.
Peran guru sebagai pendidik berkaitan dengan
tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas
pengawasan dan pembinaan (supervisor), serta tugas-tugas yang berkaitan
dengan mendisiplinkan anak agar anak didik menjadi patuh terhadap aturan
sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini
berkaitan dengan upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk
memperoleh pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas
dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggung jawab
kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan untuk hidup
berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan
spiritual. Oleh karena itu, tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan
anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap
aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma
yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar