Minggu, 04 Januari 2015

Makalah Hadits Ghoiru Maghdah



 

MAKALAH AL-HADIST

Hadis Tentang Ibadah Ghoiru Maghdah







                                                                                   
                                                                                   

KELAS : PAI 1 (C)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH & KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010
                                                                   

KATA PENGANTAR


Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat, taufik dan hidayahNya telah dapat saya selesaikan susunan makalah yang berjudul “Hadis Tentang Ibadah Ghoiru maghdah”. Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Nur Hidayat M.Ag, selaku dosen pembimbing mata kuliah Al-Hadist yang telah membantu terselesainya makalah ini.
Penyusunan makalah ini tentu belum sempurna, seperti kata pepatah ”Tak ada gading yang tak retak”, maka dari itu saya mohon maaf apabila banyak kekurangan dalam makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan dapat lebih mengetahui tentang“Hadis Tentang Ibadah Ghoiru maghdah
Kepada para pembaca yang bersedia memberikan saran-saran dan kritik yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah selanjutnya, saya terima dengan hati terbuka dan ucapan terima kasih.



Yogyakarta, 9 Desember 2011

Penyusun

 

 


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kembali kepada kitab Allah,dan sunah rosul,Begitulah seruan yang ditiupkan oleh semangat zaman. Seruan yang diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh telingga dunia islam.Karena tidak ada jalan yang dapat mengembalikan kesucian agama islam sebagai asal mulanya, selain kembali kepada kitab Allah dan Sunnah Rosul, lebih ringkasnya Qur’an dan hadist.
Hadist artinya perkataan,perbuatan,atau,ketatapan dari Rosul s.a.w. Apabila Nabi melihat seseorang mengerjakan sesuatu perbuatan atau mengucapkan perkataan dihadapan beliau ada orang muslim mengatakan atau membuat begitu, sedangkan Nabi tinggal diam saja, tidak ditegur, bahkan ada juga yang dusetujuinya. Inilah yang disebut ketetapan Nabi. Selain itu Hadist itu sumber hukum yang kedua setelah Al-Quran, Maka dari itu dalam makalah ini akan kita bahas Hadist tentang Ibadah Ghoiru maghdah . Agar pembaca lebih faham tentang apa itu Ibadah Ghoiru maghdah .
B.     Tujuan Pembuatan Makalah
  1. Mengetahui dan  memahami  Hadis Tentang Ibadah Ghoiru maghdah .
  2. Mengetahui dan memahami bahwa betapa pentingnya Ibadah Ghoiru maghdah.
  3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-hadist mengenai Hadis Tentang Ibadah Ghoiru maghdah.
C.    Metode Penulisan Makalah
  1. Metode penulisan makalah ini adalah metode literasi atau kepustakaan.
  2. Metode searching (pencarian) di internet.
D.Rumusan Masalah.
      1. Pengertian Ibadah
      2. Pengertian Ibadah Ghairu Maghdhah
3. Contoh hadis yang berkaitan dengan Ibadah Ghoiru Mahdah.




BAB II
PEMBAHASAN
1. Ibadah
A. Pengertian Ibadah
Secara etomologis diambil dari kata ‘ abada, ya’budu, ‘abdan, fahuwa ‘aabidun. ‘Abid, berarti hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, harta dirinya sendiri milik tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untuk memperoleh keridhaan tuannya dan menghindarkan murkanya.
Manusia adalah hamba Allah “‘Ibaadullaah” jiwa raga haya milik Allah, hidup matinya di tangan Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk  ibadah atau menghamba kepada-Nya:
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدونِ       الذريات  
Dan  Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu”
(QS. 51(-Dzariyat ).
B. Pembagian Ibadah
Ibadah dibagi menjadi dua yaitu:
·         Ibadah Maghdhah
·         Ibadah Ghairu Maghdhah

C. Hakikat Ibadah
Sebenarnya dalam ibadah itu terdapat hakikatnya, yaitu :
خُضُوعُ الرُّوْحِ يَنْشَا ُعَنِ اسْتِشْعَارِالقلبِ بمحبة ِالمعبودِ وعظَمتهِ اعتقادا بان للعالم سلطا نا لايدْرِكُهُ العقلُ حقيقَتَهُ
“ ketundukan jiwa yang timbul dari karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan yang ma’bud dan merasakan kebesaran-Nya, lantaran beri;tiqad bahwa bagi alam ini ada kekuasaan yang akal tak dapat mengetahui hakikatnya".


Adapun seorang arif juga mengatakan bahwa hakikat ibadah yaitu :
اصل العبادةِ ان ترضى لله مد براومختارا, وترضى عنه قاسما ومعطيا ومانعا وترضاه اِلهًا ومعبودا
pokok ibadah itu, ialah engkau meridhoi Allah selaku pengendali urusan; selaku orang yang memilih; engkau meridhai Allah selaku pembagi, pemberi penghalang (penahan), dan engkau meridhai Allah menjadi sembahan engkau dan pujaan (engkau sembah)”
D.    Tujuan Ibadah
Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah hal ini dapat difahami dari firman Allah SWT.
“maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami.”
(QS al-Mu’minun:115)
Karena Allah maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar manusia terjaga hidupnya, bertaqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diberi kewajiban ibadah agar manusia itu mencapai taqwa.
Akhirnya, perlu digarisbawahi bahwa dengan beribadah manusia diharapkan dapat menyadari bahwa ada unsur ruhani di dalam dirinya yang juga memiliki kebutuhan- kebutuhan yang berbeda dengan kebutuhan jasmaninya. Di sisi lain, dengan beribadah manusia diharapkan menyadari bahwa disamping hidup duniawi yang fana dan sedang dialaminya ini, masih ada hidup ukhrawi yang abadi dan pasti akan dialaminya pula. 
E. Syarat-Syarat Diterimanya Ibadah
Ibadah adalah perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah. Apa yang tidak di syari’atkan berarti bid’ah mardudah ( bid’ah yang ditolak ), hal ini berdasarkan sabda Nabi :
مَنْ عَمَِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدُّ.
“ Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntutan dari Kami, maka amalan tersebut tertolak.”
Ibadah-ibadah itu bersangkut penerimaannya kepada dua faktor yang penting, yang menjadi syarat bagi diterimanya. Syarat-syarat diterimanya suatu amal (ibadah) ada dua macam yaitu :


1. Ikhlas
قل انى امرت ان اعبد الله مخلصا له الدين. وامرت لان اكون اول المسلمين (الزمر:11-12)
Katakan olehmu, bahwasannya aku diperintahkan menyembah Allah (beribadah kepada-Nya) seraya mengikhlaskan ta’at kepada-Nya; yang diperintahkan aku supaya aku merupakan orang pertama yang menyerahkan diri kepada-Nya.”
2. Dilakukan secara sah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah
........فمن كان يرجوالقاءربه فليعمل عملاصالحاولايشرك بعبادةربه احدا (الكهف:110)
Barang siapa mengharap supaya menjumpai Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh, dan janganlah ia mensyarikatkan seseorang dengan tuhannya dalam ibadahnya itu”
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan.
Ulama’ ahli bijak berkata: inti dari sekian banyak ibadah itu ada 4, yaitu:
الوفاء بالعهدود والمحافطة على الحدودوالصبر على المفقو والرضا بالموجود
1. Melakasanakan kewajiban-kewajiban Allah
2. Memelihara diri dari semua yang diharamkan Allah
3. Sabar terhadap rizki yang luput darinya
4. Rela dengan rizki yang diterimanya
2. Ibadah Ghairu Mahdah
A. Pengertian Ibadah Ghairu Mahdah
Ibadah ghairu mahdhah ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah dan tidak diwajibkan . Misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar, dzikir, tolong menolong dan lain sebagainya.


B. Prinsip-prinsip dalam ibadah ghairu maghdhah
Prinsip-prinsip dalam ibadah ghairu maghdhah ada 4 :
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
B. Rumus Ibadah Ghairu Mahdhah
“BB + KA”(Berbuat Baik + Karena Allah)

C. Contoh Ibadah Ghairu Maghdah

1. Bab kasih sayang dan bantu membantu terhadap orang orang yang beriman

حد يث ابي مو سى رضي الله عنه قال ٠ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا٠
1522. Diriwayatkan dari Abi musa Radhiyallahu ‘anhu, dia telah berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:”Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain seperti sebuah bangunan di mana komponen yang satu memperkuat komponen yang lain.”

حد يث انعمان بن بشير رضي الله عنه قال ٠ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مثل المؤ منين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد ءذا اشتكى منه عضو تداعى له ساءر الجسد بالسهر والحمى٠
1523. Diriwayatkan  dari Nu’man bin Basyir radhiyallau’anhu, dia telah berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:”Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang dan saling cinta-mencintai adalah seperti sebatang tubuh, apabila salah satu anggota badan mengadu kesakitan, maka seluruh anggota tubuh yang lain tidak bisa tidur dan demam(turut merasa sakit).”
2. Bab sodaqoh
اِتَّقْوالنَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ (البيهقى)
“Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sodaqoh) sebutir kurma” (Baihaqi)

حَصِّنُوْا اَمْوَ الَكُمْ بِالْزَّكَاةِ، وَدَاوُوامَرَضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ، وَاَعِدُّوْا لِلْبَلاَءِ الدُّعَاءَ. (الطبرانى)
“Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan bersodakoh dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana “(HR. Atthabrani)

كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةُ، وَاِنَّ مِ،َ الْمَعْرُوْفِ اَنْ تَلْقَى اَخَاكَ بِوَجْهِ طَلْقٍ، وَأَنْ تَفْرَغَ مِنْ دَلْوِكَ فِى اِنَإِ اَخِيْكَ. (أحمد)
“Tiap-tiap amalan makruf (kebajikan) adalah sodaqoh. Sesungguhnya di antara amalan makruf ialah berjumpa kawan dengan wajah ceria (senyum) dan mengurangi isi ember-embermu untuk diisikan ke mangkuk kawanmu” (HR Ahmad).
3. Bab berbuat baik terhadap orang tua.
حد يث ابي هريرة رضي الله عنه قال٠ جاء رجل الى رسول الله صل الله عليه وسلم فقال من احق الناس بحسن صحا بتي قال امك قال ثم من قال ثم امك قال ثم من قال ثم امك قال ثم من قال ثم ابوك٠
1502. Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. dia telah berkata: “ Ada seorang laki-laki menemui Rasulullah saw seraya bertanya : “Siapakah manusia yang paling berhak aku layani dengan sebaik mungkin?” Rosulullah saw bersabda: ibumu.” Dia bertanya lagi: “ Kemudian siapa?” Rosulullah saw bersabda: “ Kemudian ibumu.” Dia terus bertanya:” Kemudian siapa?” Rosulullah saw bersabda :” Kemudian ibumu.” Dia terus bertanya: “ Kemudian siapa?” Rosulullah saw bersabda : “ Kemudian ayahmu.” 
4. Bab Jujur dan Jelas dalam Jual Beli
حد يث حكيم بن حزام رضي الله عنه ٠عن النبى  صلى الله عليه وسلم قال البيعان بالخيار مالم يتفرقا فان صدقا وبينا بورك لهما في بيعهما وان كذبا وكتما محق بركة بيعما٠

888. Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam r.a, dia telah berkata dari Nabi saw, bahwa beliau telah bersabda:” Penjual dan pembeli diberi kesempatan berpikir selagi mereka belum berpisah. Sekiranya mereka jujur serta membuat penjelasan mengenai barang yang diperjualbelikan mereka akan mendapat berkat dalam jual beli mereka. Sekiranya mereka menipu dan merahasiakan mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan maka akan terhapus keberkatannya.”
5. Bab Keutamaan Memerdekakan Hamba Sahaya
حديث ابي هريرة رضي الله عنه ٠ عن النبي صلى الله عليه و سلم قل من اعتق رقبة مؤمنة اعتق الله بكل ارب منها اربا منه من النار٠

874. Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia mengatakan dari Nabi saw, beliau telah bersabda:” Barang siapa memerdekakan seorang hamba mukmin, maka Allah akan membebaskan setiap anggota tubuhnya dari api neraka sebagaimana setiap anggota hamba tadi dibebaskan dari belenggu pengabdian.”
6. Bab Kewajiban Sesama Muslim
حديث البي هريرة رضي الله عنه قل ٠ قل رسول الله صلى الله عليه وسلم خمس تجب للمسلم على اخيه رد السللم وتشميت العاطس واجابة الدعوة وعيادة المربض واتباع الجنائز٠
1268.Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia telah berkata:” Rasulullah saw telah bersabda:” Ada lima kewajiban bagi seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim yaitu: menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, menepati undangan, membesuk orang sakit dan mengiringi jenazah.”
7. Bab Silaturahim.
حديث انس بن مالك رضي الله عنه، قل٠ سمعت رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم يقول٠ من سره أن يبسط له رزقه، أو ينسأله فى أثره، فليصل رحمه٠

1657.Anas bin Malik r.a, berkata:” Saya telah mendengar rasulullah saw bersabda:”Siapa yang ingin diluaskan rizqinya dan dilanjutkan umurnya maka hendaknya menyambung hubungan famili atau kerabat(Bukhari Muslim)



8. Bab Menjenguk Orang Sakit

عن ثوبان قال٠قال رسول الله صلى الله عليه وسلم٠ إن المسلم إذا عاد اخاه المسلم لم يزل في مخرفة الجنة حتى يرجع٠

1764. Dari Tsauban, ia berkata,” Rasulullah saw bersabda, “ Sesungguhnya bila seorang muslim menjenguk saudaranya sesama muslim, maka ia senantiasa berada di dalam kebun Syurga hingga ia kembali dari menjenguk. ( HR. Ahmad, Muslim dan At Tirmidzi).
9. Bab Dorongan untuk Berinfak

عن أبى هريرة - رضى الله عنه - أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قال << قال الله أنفق يا ابن آدم أنفق عليك >>٠

Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rosulullah saw bersabda : “ Allah berfirman: “ Wahai anak adam, berinfaklah, maka Aku akan berinfak kepadamu.”
10. Bab Keutamaan Ilmu

عن عاءشة - أنها قالت - سمعث رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول - قال - إن الله عز وجعل أوحى إلي أنه من سلك مسلكا في طلب العلم سهلت له طريق ااجنة ، ومن سلبت كريمتيه أثبته عليهما الجنة ، وفضل في علم خير من فضل في عبدة ، وملك الدين الورع٠

Dari ‘Aisyah,  dari Rosulullah saw yang bersabda : “ Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku bahwa siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Aku (Allah) akan memudahkan jalannya menuju syurga. Siapa yang aku ambil kedua matanya maka Aku akan mengganjarnya atas hilangnya kedua mata itu dengan syurga. Keutamaan dalam ilmu itu lebih baik daripada dalam ibadah. Pemilik agama adalah orang yang wara’.”





KESIMPULAN












                                                                                                                          













DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar