MAKALAH AL-HADIST
“Hadis Tentang Ibadah Ghoiru Maghdah”
KELAS : PAI 1 (C)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH & KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010
KATA PENGANTAR
Pertama-tama
kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat, taufik
dan hidayahNya telah dapat saya selesaikan susunan makalah yang berjudul “Hadis Tentang Ibadah Ghoiru maghdah”.
Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Nur Hidayat M.Ag, selaku
dosen pembimbing mata kuliah Al-Hadist yang telah membantu terselesainya
makalah ini.
Penyusunan
makalah ini tentu belum sempurna, seperti kata pepatah ”Tak ada gading yang tak
retak”, maka dari itu saya mohon maaf apabila banyak kekurangan dalam makalah
ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan
dapat lebih mengetahui tentang“Hadis
Tentang Ibadah Ghoiru maghdah ”
Kepada para
pembaca yang bersedia memberikan saran-saran dan kritik yang bersifat
membangun, untuk perbaikan makalah selanjutnya, saya terima dengan hati terbuka
dan ucapan terima kasih.
Yogyakarta, 9 Desember 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kembali
kepada kitab Allah,dan sunah rosul,Begitulah seruan yang ditiupkan oleh
semangat zaman. Seruan yang diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh telingga
dunia islam.Karena tidak ada jalan yang dapat mengembalikan kesucian agama
islam sebagai asal mulanya, selain kembali kepada kitab Allah dan Sunnah Rosul,
lebih ringkasnya Qur’an dan hadist.
Hadist
artinya perkataan,perbuatan,atau,ketatapan dari Rosul s.a.w. Apabila Nabi
melihat seseorang mengerjakan sesuatu perbuatan atau mengucapkan perkataan
dihadapan beliau ada orang muslim mengatakan atau membuat begitu, sedangkan Nabi
tinggal diam saja, tidak ditegur, bahkan ada juga yang dusetujuinya. Inilah
yang disebut ketetapan Nabi. Selain itu Hadist itu sumber hukum yang kedua setelah
Al-Quran, Maka dari itu dalam makalah ini akan kita bahas Hadist tentang Ibadah Ghoiru maghdah . Agar pembaca
lebih faham tentang apa itu Ibadah
Ghoiru maghdah .
B.
Tujuan Pembuatan Makalah
- Mengetahui dan memahami Hadis Tentang Ibadah Ghoiru maghdah .
- Mengetahui dan memahami bahwa betapa pentingnya Ibadah Ghoiru maghdah.
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-hadist mengenai Hadis Tentang Ibadah Ghoiru maghdah.
C.
Metode Penulisan Makalah
- Metode penulisan makalah ini adalah metode literasi atau kepustakaan.
- Metode searching (pencarian) di internet.
D.Rumusan Masalah.
1. Pengertian Ibadah
2. Pengertian Ibadah Ghairu Maghdhah
3. Contoh hadis
yang berkaitan dengan Ibadah Ghoiru Mahdah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ibadah
A. Pengertian Ibadah
Secara
etomologis diambil dari kata ‘ abada, ya’budu, ‘abdan, fahuwa ‘aabidun.
‘Abid, berarti hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki
apa-apa, harta dirinya sendiri milik tuannya, sehingga karenanya seluruh
aktifitas hidup hamba hanya untuk memperoleh keridhaan tuannya dan
menghindarkan murkanya.
Manusia adalah hamba Allah “‘Ibaadullaah” jiwa
raga haya milik Allah, hidup matinya di tangan Allah, rizki miskin kayanya
ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk ibadah atau menghamba
kepada-Nya:
وما خلقت الجن والانس الا
ليعبدونِ الذريات
“Dan Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu”
“Dan Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu”
(QS.
51(-Dzariyat ).
B. Pembagian Ibadah
Ibadah dibagi menjadi dua yaitu:
·
Ibadah Maghdhah
·
Ibadah Ghairu Maghdhah
C. Hakikat Ibadah
Sebenarnya dalam ibadah itu terdapat hakikatnya, yaitu :
خُضُوعُ
الرُّوْحِ يَنْشَا ُعَنِ اسْتِشْعَارِالقلبِ بمحبة ِالمعبودِ وعظَمتهِ اعتقادا بان
للعالم سلطا نا لايدْرِكُهُ
العقلُ حقيقَتَهُ
“ ketundukan jiwa yang timbul dari karena hati (jiwa) merasakan
cinta akan Tuhan yang ma’bud dan merasakan kebesaran-Nya, lantaran beri;tiqad bahwa
bagi alam ini ada kekuasaan yang akal tak dapat mengetahui hakikatnya".
Adapun seorang arif juga mengatakan bahwa hakikat ibadah yaitu :
اصل
العبادةِ ان ترضى لله مد براومختارا, وترضى عنه قاسما ومعطيا ومانعا وترضاه اِلهًا
ومعبودا
“ pokok ibadah itu, ialah engkau meridhoi Allah selaku pengendali
urusan; selaku orang yang memilih; engkau meridhai Allah selaku pembagi,
pemberi penghalang (penahan), dan engkau meridhai Allah menjadi sembahan engkau
dan pujaan (engkau sembah)”
D.
Tujuan Ibadah
Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini
kemudian mati tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah
untuk beribadah hal ini dapat difahami dari firman Allah SWT.
“maka
apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami.”
(QS
al-Mu’minun:115)
Karena Allah maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar
manusia terjaga hidupnya, bertaqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia
diberi kewajiban ibadah agar manusia itu
mencapai taqwa.
Akhirnya, perlu digarisbawahi bahwa dengan beribadah manusia
diharapkan dapat menyadari bahwa ada unsur ruhani di dalam dirinya yang juga
memiliki kebutuhan- kebutuhan yang berbeda dengan kebutuhan jasmaninya. Di sisi
lain, dengan beribadah manusia diharapkan menyadari bahwa disamping hidup
duniawi yang fana dan sedang dialaminya ini, masih ada hidup ukhrawi yang abadi
dan pasti akan dialaminya pula.
E. Syarat-Syarat Diterimanya Ibadah
Ibadah adalah perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu
ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah. Apa yang tidak di syari’atkan
berarti bid’ah mardudah ( bid’ah yang ditolak ), hal ini berdasarkan sabda Nabi
:
مَنْ عَمَِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدُّ.
“ Barangsiapa yang beramal tanpa
adanya tuntutan dari Kami, maka amalan tersebut tertolak.”
Ibadah-ibadah
itu bersangkut penerimaannya kepada dua faktor yang penting, yang menjadi
syarat bagi diterimanya. Syarat-syarat diterimanya suatu amal (ibadah) ada dua
macam yaitu :
1. Ikhlas
قل
انى امرت ان اعبد الله مخلصا له الدين. وامرت لان اكون اول المسلمين (الزمر:11-12)
“Katakan olehmu, bahwasannya aku diperintahkan menyembah Allah
(beribadah kepada-Nya) seraya mengikhlaskan ta’at kepada-Nya; yang
diperintahkan aku supaya aku merupakan orang pertama yang menyerahkan diri
kepada-Nya.”
2.
Dilakukan secara sah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah
........فمن كان يرجوالقاءربه فليعمل
عملاصالحاولايشرك بعبادةربه احدا (الكهف:110)
“Barang siapa mengharap supaya menjumpai Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang sholeh, dan janganlah ia mensyarikatkan seseorang dengan
tuhannya dalam ibadahnya itu”
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha
illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh
dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat
Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti
syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan.
Ulama’ ahli bijak berkata: inti dari
sekian banyak ibadah itu ada 4, yaitu:
الوفاء بالعهدود والمحافطة على الحدودوالصبر على المفقو والرضا
بالموجود
1.
Melakasanakan kewajiban-kewajiban Allah
2. Memelihara diri dari
semua yang diharamkan Allah
3.
Sabar terhadap rizki yang luput darinya
4.
Rela dengan rizki yang diterimanya
2.
Ibadah Ghairu Mahdah
A. Pengertian Ibadah
Ghairu Mahdah
Ibadah ghairu mahdhah ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah
dan tidak diwajibkan . Misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar, dzikir, tolong
menolong dan lain sebagainya.
B. Prinsip-prinsip dalam ibadah ghairu
maghdhah
Prinsip-prinsip dalam ibadah ghairu maghdhah ada 4 :
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya
dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah
bentuk ini boleh diseleng garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada
contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah
“bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan
rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah,
sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini
baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat
ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk,
merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu
bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
B. Rumus Ibadah Ghairu Mahdhah
“BB + KA”(Berbuat Baik + Karena Allah)
C. Contoh Ibadah Ghairu Maghdah
1. Bab
kasih sayang dan bantu membantu terhadap orang orang yang beriman
حد يث ابي مو سى رضي الله عنه قال ٠
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا٠
1522. Diriwayatkan dari Abi musa
Radhiyallahu ‘anhu, dia telah berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
telah bersabda:”Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain seperti sebuah
bangunan di mana komponen yang satu memperkuat komponen yang lain.”
حد يث انعمان بن بشير رضي الله عنه قال ٠ قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم مثل المؤ منين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد ءذا اشتكى منه عضو
تداعى له ساءر الجسد بالسهر والحمى٠
1523. Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir radhiyallau’anhu, dia
telah berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah
bersabda:”Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang dan saling
cinta-mencintai adalah seperti sebatang tubuh, apabila salah satu anggota badan
mengadu kesakitan, maka seluruh anggota tubuh yang lain tidak bisa tidur dan
demam(turut merasa sakit).”
2. Bab sodaqoh
اِتَّقْوالنَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ
تَمْرَةٍ (البيهقى)
“Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sodaqoh)
sebutir kurma” (Baihaqi)
حَصِّنُوْا اَمْوَ الَكُمْ
بِالْزَّكَاةِ، وَدَاوُوامَرَضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ، وَاَعِدُّوْا لِلْبَلاَءِ
الدُّعَاءَ. (الطبرانى)
“Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari
kalanganmu) dengan bersodakoh dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya
bencana “(HR. Atthabrani)
كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةُ، وَاِنَّ
مِ،َ الْمَعْرُوْفِ اَنْ تَلْقَى اَخَاكَ بِوَجْهِ طَلْقٍ، وَأَنْ تَفْرَغَ مِنْ
دَلْوِكَ فِى اِنَإِ اَخِيْكَ. (أحمد)
“Tiap-tiap amalan makruf (kebajikan)
adalah sodaqoh. Sesungguhnya di antara amalan makruf ialah berjumpa kawan
dengan wajah ceria (senyum) dan mengurangi isi ember-embermu untuk diisikan ke
mangkuk kawanmu” (HR Ahmad).
3. Bab berbuat
baik terhadap orang tua.
حد يث ابي هريرة
رضي الله عنه قال٠ جاء رجل الى رسول الله صل الله عليه وسلم فقال من احق الناس
بحسن صحا بتي قال امك قال ثم من قال ثم امك قال ثم من قال ثم امك قال ثم من قال ثم
ابوك٠
1502. Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. dia telah berkata: “ Ada
seorang laki-laki menemui Rasulullah saw seraya bertanya : “Siapakah manusia
yang paling berhak aku layani dengan sebaik mungkin?” Rosulullah saw bersabda:
ibumu.” Dia bertanya lagi: “ Kemudian siapa?” Rosulullah saw bersabda: “
Kemudian ibumu.” Dia terus bertanya:” Kemudian siapa?” Rosulullah saw bersabda
:” Kemudian ibumu.” Dia terus bertanya: “ Kemudian siapa?” Rosulullah saw
bersabda : “ Kemudian ayahmu.”
4. Bab
Jujur dan Jelas dalam Jual Beli
حد يث حكيم بن حزام رضي الله عنه ٠عن
النبى صلى الله عليه وسلم قال البيعان
بالخيار مالم يتفرقا فان صدقا وبينا بورك لهما في بيعهما وان كذبا وكتما محق بركة
بيعما٠
888. Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam r.a, dia telah berkata dari
Nabi saw, bahwa beliau telah bersabda:” Penjual dan pembeli diberi kesempatan
berpikir selagi mereka belum berpisah. Sekiranya mereka jujur serta membuat
penjelasan mengenai barang yang diperjualbelikan mereka akan mendapat berkat
dalam jual beli mereka. Sekiranya mereka menipu dan merahasiakan mengenai
apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan maka akan
terhapus keberkatannya.”
5. Bab
Keutamaan Memerdekakan Hamba Sahaya
حديث ابي هريرة رضي الله عنه ٠ عن
النبي صلى الله عليه و سلم قل من اعتق رقبة مؤمنة اعتق الله بكل ارب منها اربا منه
من النار٠
874. Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia mengatakan dari Nabi
saw, beliau telah bersabda:” Barang siapa memerdekakan seorang hamba mukmin,
maka Allah akan membebaskan setiap anggota tubuhnya dari api neraka sebagaimana
setiap anggota hamba tadi dibebaskan dari belenggu pengabdian.”
6. Bab
Kewajiban Sesama Muslim
حديث البي هريرة رضي الله عنه قل ٠ قل
رسول الله صلى الله عليه وسلم خمس تجب للمسلم على اخيه رد السللم وتشميت العاطس
واجابة الدعوة وعيادة المربض واتباع الجنائز٠
1268.Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia telah berkata:”
Rasulullah saw telah bersabda:” Ada lima kewajiban bagi seorang muslim terhadap
saudaranya sesama muslim yaitu: menjawab salam, mendoakan orang yang bersin,
menepati undangan, membesuk orang sakit dan mengiringi jenazah.”
7. Bab
Silaturahim.
حديث انس بن مالك رضي الله عنه، قل٠
سمعت رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم يقول٠ من سره أن يبسط له رزقه، أو ينسأله فى
أثره، فليصل رحمه٠
1657.Anas bin Malik r.a, berkata:” Saya telah mendengar rasulullah
saw bersabda:”Siapa yang ingin diluaskan rizqinya dan dilanjutkan umurnya maka
hendaknya menyambung hubungan famili atau kerabat(Bukhari Muslim)
8. Bab Menjenguk Orang Sakit
عن ثوبان قال٠قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم٠ إن المسلم إذا عاد اخاه المسلم لم يزل في مخرفة الجنة حتى يرجع٠
1764. Dari Tsauban, ia berkata,” Rasulullah saw bersabda, “
Sesungguhnya bila seorang muslim menjenguk saudaranya sesama muslim, maka ia
senantiasa berada di dalam kebun Syurga hingga ia kembali dari menjenguk. ( HR.
Ahmad, Muslim dan At Tirmidzi).
9. Bab
Dorongan untuk Berinfak
عن أبى هريرة - رضى الله عنه - أن
رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قال << قال الله أنفق يا ابن آدم أنفق
عليك >>٠
Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rosulullah saw bersabda : “ Allah
berfirman: “ Wahai anak adam, berinfaklah, maka Aku akan berinfak kepadamu.”
10. Bab
Keutamaan Ilmu
عن عاءشة - أنها قالت - سمعث رسول
الله صلى الله عليه وسلم يقول - قال - إن الله عز وجعل أوحى إلي أنه من سلك مسلكا
في طلب العلم سهلت له طريق ااجنة ، ومن سلبت كريمتيه أثبته عليهما الجنة ، وفضل في
علم خير من فضل في عبدة ، وملك الدين الورع٠
Dari ‘Aisyah, dari
Rosulullah saw yang bersabda : “ Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku bahwa
siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Aku (Allah) akan memudahkan
jalannya menuju syurga. Siapa yang aku ambil kedua matanya maka Aku akan
mengganjarnya atas hilangnya kedua mata itu dengan syurga. Keutamaan dalam ilmu
itu lebih baik daripada dalam ibadah. Pemilik agama adalah orang yang wara’.”
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar