MAKALAH
Makalah ini
disusun guna memenuhi salah satu tugas Ilmu Buadaya Dasar
Dosen Pengampu:
Isna Rahmawati, M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 4
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang di beri rasa,
karsa daya cipta. Dengan rasa, manusia memiliki perasaan seperti sedih,
bahagia, kecewa, kesal, simpati, ragu-ragu dan lain-lain. Dengan berbagai
perasaan yang di miliki manusia, maka manusia di muka bumi ini memiliki
karakter atau sifat yang berbeda. Ada manusia yang memiliki sifat pemarah,
sifat sabar, sifat melankolis, sifat penyayang terhadap manusia, binatang,
tumbuhan, dan alam.
Setiap manusia memiliki rasa kasih sayang
terhadap binatang, tumbuhan, alam dan yang paling utama terhadap manusia yang
lainnya. Dengan adanya rasa kasih sayang dapat menimbulkan rasa rasa yang di
namakan cinta.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Cinta Kasih?
2. Apa saja unsur-unsur cinta?
3. Apa saja macam-macam kasih sayang?
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Cinta Kasih
Menurut KBBI cinta
adalah rasa suka (kepada), rasa sayang (kepada), rasa sangat kasih atau sangat
tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta
(kepada) atau menaruh belas kasihan. Dengandemikian, arti cinta dan kasih itu hampir
sama sehingga kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat rasa cinta. Oleh
karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebgai perasaan suka kepada seseorang
yang disertai dengan menaruh belas kasihan.[1]
Dalam kasih
sayang sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut tanggung jawab, pengorbanan,
kejujuran, saling percaya. saling pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya
merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Bila salah satu unsur kasih sayang
hilang, misalnya unsur tanggung jawab, maka retaklah keutuhan rumah tangga itu.
Kasih sayang yang tidak disertai kejujuran, terancamlah kebahagiaan rumah
tangga itu.
Kasih
sayang, dasar komunikasi dalam suatu keluarga. Komunikasi antara anak dan orang
tua, pada prinsipnya anak terlahir dan terbentuk sebagal hasil curahan kasih
sayang orang tuanya. Pengembangan watak anak dan selanjutnya tak boleh lepas
dari kasih sayang dan perhatian orang tua. Suatu hubungan yang harmonis akan
terjadi bila hal itu terjadi secara timbal balik antara orang tua dan anak. Suatu kasus yang sering terjadi, yang
menyebabkan seseorang menjadi morffinis, keberandalan remaja, frustrasi dan
sebaginya, di mana semuanya dilatarbelakangi kurangnya perhatian dan kasih
sayang dalam kehidupan keluarganya.[2]
B.
Unsur-unsur Cinta
Pengertian tentang cinta dikemukakan juga oleh
Dr. Sarlito W. Sarwono, dikatakan bahwa cinta memiliki tiga unsur yaitu:
keterikatan. Keintiman, dan kemesraan. Yang dimaksud dengan keterikatan adalah
adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau
pergi dengan orang lain kecuali dengan dia, kalau janji dengan dia harus
ditepati. Unsur yang kedua adalah keintiman yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan
dan tingkah laku yang menunjukan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada
jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti bapak, ibu, saudara digantikan
dengan sekedar memanggil nama atau sebutan, sayang dan sebagainya.Makan minum
dari satu piring, cangkir tanpa rasa risi, pinjam meminjam baju, saling memakai
uang tanpa rasa berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lain-lainya.
Unsur yang ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai dan
dibelai, rasa kangen kalau jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan
yang mengungkapkan rasa sayang,dan seterusnya.
Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada
Allah, Rasulullah, dan berjihad dijalan Allah. Cinta tingkat menengah adalah
cinta kepada orang tua, anak, saudara, suami / istri dan kerabat. Cinta tingkat
terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat, harta,
dan tempat tinggal.
C. Macam-macam Kasih Sayang
1.
Cinta
kepada Allah
Islam meletakkan cinta yang tertinggi dalam kehiudupan manusia
ialah cinta kepada Allah. Tanpa cinta kepada Allah perlakuan hamba tidak
memberi balasan yang bererti sedangkan apa yang menjadi pondasi dalam Islam
ialah mengenali dan menyintai Allah.
Puncak cinta manusia, yang paling bening, jernih, dan spiritual
ialah cintanya kepada Allah dan kerinduanya kepada-Nya. Tidak hanya dalam
shalat, pujian, dan doanya saja, tetapi juga dalam semua tindakan dan tihkah
lakunya. Semua tingkah laku dan tindakannya ditujukan kepada Allah, mengharap
penerimaan dan ridla-Nya.[3]
Allah
berfirman :
ö@è% bÎ) óOçFZä. tbq7Åsè? ©!$# ÏRqãèÎ7¨?$$sù ãNä3ö7Î6ósã ª!$# öÏÿøótur ö/ä3s9 ö/ä3t/qçRè 3 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÌÊÈ
Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. Al-Imran : 21)
Sinaran
cinta itu jua yang akan mendorong hamba bertindak ikhlas di mihrab pengabdian
diri kepada Allah serta menghasilkan cahaya iman yang mantap. Firman Allah SWT
:
ÆÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB äÏGt `ÏB Èbrß «!$# #Y#yRr& öNåktXq6Ïtä Éb=ßsx. «!$# ( tûïÉ©9$#ur (#þqãZtB#uä x©r& ${6ãm °! 3 öqs9ur tt tûïÏ%©!$# (#þqãKn=sß øÎ) tb÷rtt z>#xyèø9$# ¨br& no§qà)ø9$# ¬! $YèÏJy_ ¨br&ur ©!$# ßÏx© É>#xyèø9$# ÇÊÏÎÈ
Dan dan
diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya
orang-orang yang berbuat zalim itu[4]
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka menyesal). (QS. Al-Baqarah : 165)
Memiliki cinta Allah seharusnya menjadi kebanggaan individu mukmin
lantaran keagungan nilai dan ketulusan ihsan-Nya.Namun menjadi suatu kesukaran
untuk meraih cinta Allah tanpa pengabdian yang menjurus tepat kepada-Nya. Cinta
Allah umpama satu anugerah yang tertinggi dan tidak mungkin siapa pun dapat
memilikinya kecuali didahulukan dengan pengorbanan yang mahal. Cinta Allah
adalah syarat yang utama untuk meletakkan diri di dalam barisan pejuang-pejuang
kalimah Allah SWT
2.
Cinta
Kepada Rasulullah SAW
Apabila manusia berada di dalam kegelapan yang begitu kelam, maka
diutuskan pembawa obor yang begitu terang untuk disuluhkan kepada manusia ke
arah jalan kebenaran. Sayang, pembawa obor tersebut terpaksa begelumang dengan
lumpur yang begitu tebal dan menahan cacian yang tidak sedikit untuk
melaksanakan tugas yang begitu mulia.
Pembawa obor tersebut ialah Rasulullah SAW. Maka adalah menjadi
satu kewajipan kepada setiap yang mengaku dirinya sebagai muslim memberikan
cintanya kepada Rasulullah. Kerana kecintaan inilah, para sahabat sanggup
bergadai nyawa menjadikan tubuh masing-masing sebagai perisai demi
mempertahankan Rasulullah SAW.
Namun, dalam suasana kita sekarang yang begitu jauh dengan
Rasulullah SAW dari segi masa, adakah tidak berpeluang lagi untuk kita
memberikan cinta kepada Rasulullah SAW? Sekalipun Rasulullah SAW telah
meninggalkan kita jauh di belakang, sesungguhnya cinta terhadap baginda boleh
dbuktikan melalui kepatuhan serta kecintaan terhadap sunnahnya. Firman Allah
SWT: (QS: Al-Hijr : 7)
3.
Cinta
Sesama Mukmin
Interaksi kasih
sayang sesama mukmin adalah merupakan pembuluh utama untuk menyalurkan konsep
persaudaraan yang begitu utuh. Cinta sesama mukmin inilah yang mengajar manusia
supaya menyintai ibu bapanya. Malah mengherdik ibu bapa yang bererti
merungkaikan talian cinta kepada keduanya adalah merupakan dosa besar
sebagaimana yang disebut di dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah
r.a katanya:
“Ketika kami bersama Rasulullah s.a.w, baginda telah bersabda: Maukah
aku ceritakan kepada kamu sebesar-besar dosa besar: Ianya tiga perkara, iaitu mensyirikkan
Allah, menghardik kedua orang tua dan bersaksi palsu atau kata-kata palsu..” (HR.
Bukhari Muslim)
Alangkah indahnya sebuah agama yang mengajar penganutnya agar
menghormati dan menyintai kedua orang tuanya yang telah melalui susah payah
untuk membesarkan anak-anak mereka. Di manakah lagi keindahan yang lebih
sempurna selain daripada yang terdapat di dalam Islam yang mengajar umatnya
dengan pesanan.
ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u/u #ZÉó|¹ ÇËÍÈ
Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al-Isra’ : 24)
Selain
daripada cinta kepada kedua orang tua ini, Islam juga meletakkan cinta sesama
mukmin yang beriman.
(QS.
R-Ruum : 31)
Bukankah
ini yang telah diajar oleh Islam? Maka di tengah-tengah kecaman keganasan yang
dilemparkan kepada Islam pada hari ini, kenapa tidak masyarakat antarabangsa
malah umat Islam sendiri melihat bahwa betapa agungnya unsur kasih sayang dan
cinta yang terdapat di dalam Islam? Namun, betapa agungnya cinta di dalam
Islam, begitu jualah agungnya penjagaan Islam sendiri terhadap umatnya agar
sama sekali tidak mencemarkan kesucian cinta dengan kekotoran nafsu. Itulah
cinta di dalam Islam. Ia tidak dapat tidak haruslah diasaskan di atas dasar
keimanan kepada Allah. Alangkah ruginya cinta yang lari dari landasan iman.
Akan hanyutlah jiwa-jiwa yang menyedekahkan dirinya untuk diperlakukan oleh
‘syaitan cinta’ sewenangnya-wenangnya.
4.
Cinta Orang Tua
Kasih sayang yang bersumber pada cinta
keibuan, yang paling asli adlaah yang terdapat pada diri serang ibu terhadap
anaknya sendiri. Seorang ibu yang memeperoleh benih anak dari suaminya yang
tercinta akan memlihara anaknya secara berhati-hati dan penuh kasih sayang demi
keselamatan turunnanya. Setelah anak lahir melalui penderitaan ibu yang hebat,
dirawat dan diasuhlah sang mutiara hatinya itu degan kasih sayang. Disusukan
anaknya dengan penuh kasih sayang sambil dibelai rambutnya, diajkanya tersenyum
tanda hubungannya dekat, diberikan pakaian hangat, digantinya poppok yang basah
atau kotor tanpa ada rasa sebal, dimandikannya agar permata hatinya kian segar.
Seolah-olah, bagi seorang ibu tidak ada harta yang lebih berharga dari pada
bayinya yang selalu ditimang-timang dengan penuh kasih sayang.
Ikatan yang kuat antara orang tua dengan
anak-anaknya merupakan salah satu bentuk hubungan antar manusia yang paling
teguh dan mulia. Tuhan telah memlihara dan menjamin agar hubungan kuat tersebut
langgeng dan berkembang sebgai upaya untuk menjaga kelangsungan hidup manusia
dan memmantapkan eksistensinya.Tuhan menakdirkan cinta dan kasih sayang kepada
anak sebagai bagian dari sifat kemanusiaan yang dibawa sejak lahir. Tuhan juga
menanmkan perasaan yang agung tersebut demikian kuatnya dalam sanubari orang
tuanya.
Atas dasar inilah maka semua perintah
kewajiban yang diberikan Tuhan ditujukan kepada anak agar anak memperlakukan
orang tuanya dengan penuh kasih sayang dan hormat. Perintah itu ditujukan
kepada setiap anak manusia agar mengungkapkan perasaan tersebut kepada orang
tuanya.
5.
Cinta Diri
Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan
menjaga diri. Manusia senang untuk tetap hidup, mengemangkan potensi dirinya
dan mengaktualiasasikan diri. Ia juga mencintai segala sesuatu yang
mendatangkan kebaikan, ketentraman, dan kebahagiaan pada dirinya. Sebaliknya ia
membenci segala sesuatu yang menghalanginya untuk hidup, dan membenci segala
sesuatu yang mendatangkan rasa sakit, penyakit dan bahayanya.
Contoh gejala yang menunjukan kecintaanya
manusia pada dirinya sendiri ialah bahwa apabila ia tertimpa malapetaka atau
kesulitan, ia pun berkeluh kesah atas apa yang menimpa dirinya dan apabila ia
memperoleh banyak harta, ia begitu berhati-hati sekali dalam memeliharanya dan
segan mensedakahkan sebagian hartanya kepada oarang0orang yang membutuhkan.
6.
Cinta Erotis
Kasih sayang yang bersumber dari cinta erotis
(sifat membirahikan) memang merupakan sesuatu sifatnya ekslusif (khusus), sehingga
sering memeperdayakan cinta yang sebenarnya. Hal ini disebabkan antara cinta
dan nafsu letaknya tidak berbeda jauh. Padahal
kedua hal itu sangat bertolak belakang sifatnya. Kasih sayang dalam
cinta erotis berupa kontak seksual yang asli dan yang ideal adlah bersumber
pada cinta. Oleh karena itu, dalam kehidupan berumah tangga yang telah diikat
oleh tali perkawinan apabila seorang suami tidak mampu menafkahi istrinya
secara rohanish, dalam dirinya sekan timbul beban mental. Ia akan merasa
berdosa atas kekurangannya, begitu juga sebaliknya, berdosalah saorang istri
apabila tidak mau melayanni kehendak seksual suaminya. Oleh karena itu pula,
timbul rasa ketidakpuasaan antara suami dan istri dalam hubungan seksual dan
ini akan memudahkan merenggangnya hubungan mereka yang dapat berakhir dengan
perceraian. Jadi, kasih sayang mereka sebagai perwujudan cinta erotis dapat
menjadi pengikat erat dalam hubungan suami istri, lebih-lebih apabila telah
dikaruniai anak. Namun, orang yang melakuakan hubungan seksual ats dasar erotis
yang tidak di adasari cinta, seperti yang terjadi di tempat pelacuran, di
dalamnya sama sekali tidak mungkin timbul rasa kasih sayang karena yang ada
hanya hubungan badan, dengan uang sebgai pelicin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cinta kasih
dapat diartikan sebgai perasaan suka kepada seseorang yang disertai dengan
menaruh belas kasihan. Dalam kasih sayang sadar atau tidak sadar dari
masing-masing pihak dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya. saling
pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan
utuh. Pengertian tentang cinta dikemukakan juga oleh
Dr. Sarlito W. Sarwono, dikatakan bahwa cinta memiliki tiga unsur yaitu:
keterikatan. Keintiman, dan kemesraan. Yang dimaksud keterikatan adalah adnya
perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, keintiman yaitu
adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukan bahwa antara anda
dan dia sudah tidak ada jarak lagi, kemesraan yaitu adanya rasa ingin membelai atau
dibelai, rasa kangen kalu jauh atau lama tidak bertemu. Macam-macam cinta kasih
diantaranya yaitu Cinta kepada Allah
SWT, Cinta kepada Rasululloh SAW, Cinta kepada sesama, Cinta Orang tua, Cinta
diri, dan cinta erotis.
Daftar Pustaka
Mustopo, habib, 1983, Ilmu Budaya dasar, Surabaya:
Usaha Nasional
Marwadi, dan nur hidayati, 2000, Ilmu Alamiah Dasar,
Ilmu sosial Dasar, Ilmu Budaya dasar, Bandung: pustaka setia
Supartono, 2004, Ilmu Budaya Dasar, Bogor selatan:Galia Indonesia.
Rohiman
Notowidagdo, 2000, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Quran dan
Hadits, Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar